Balik Arah Karena Banjir
Perjalananku
menuju Banda Aceh yang menempuh waktu sekitar kurang lebih 9 jam, tidak semulus
biasanya. Perjalanan kami harus terhenti lantaran banjir yang tidak kunjung
surut.
![]() |
Banjir yang terjadi di Kuta Trieng, Kec. Darul Makmur Nagan Raya |
Aku tiba di Nagan
Raya pukul 00.00 wib. Pada saat itu di Jalan Nasional Tapaktuan - Meulaboh,
tepatnya di Kuta Trieng, Alu Bili sudah digenangi air setinggi pinggang orang
dewasa. Arus airnya pun cukup kuat, sehingga tidak ada satupun kenderaan yang
berani melintasi jalan tersebut.
Kamipun memutuskan
untuk berhenti di salah satu warung nasi untuk menunggu banjir surut. Bukan
hanya kami penumpang yang dari Aceh Selatan saja menunggu disitu, ternyata
banyak penumpang lainnya baik itu dari Subulussalam, Singkil, Medan dan dari
daerah pantai barat selatan lainnya ada disitu.
Dengan sekejab,
antrian mobil sudah berderet di pinggir jalan. Tak ada yang berani melewati
banjir tersebut, baik dari Arah Meulaboh, maupun dari arah Tapaktuan. Rupanya
diujung sana, juga terdapat antrian panjang kenderaan bermotor. Tidak ada tanda-tanda
air akan surut, bahkan air pun bertambah naik hingga mencapai dada orang dewasa
karena Sungai Lamie yang semakin meluap.
Sekitar pukul
11.00 wib jalan tersebut masih digenangi banjir, tapi sudah bisa dilewati oleh
mobil tranton besar. Sedangkan mobil-mobil
kecil seperti mobil KIA yang saya tumpangi, sopirnya tidak mau mengambil resiko
untuk menempuh banjir, takut mesin mobilnya tiba-tiba mati di tengah bajir tersebut.
![]() |
Antrian mobil yang menuju Arah Meuloboh, Calang, Banda Aceh |
Ibuku
menghubungiku via telpon untuk menyuruh balik arah, karena banjir di Kuta
Trieng akibat luapan sungai Lamie, tidak akan surut dengan sekejab. Meskipun
keaadaan cuacanya panas, tapi air sungai terus meluap. Ibuku pernah mengalami
kondisi itu pada banjir tahun lalu, yang mengakibatkan dia harus menunggu
selama 2 hari untuk bisa melewati jalan tersebut.
Hampir setiap
tahun kondisi yang sama terjadi akibat banjir. Entah kemanalah para petinggi
daerah itu, sehingga tidak dilakukan peninggian jalan, atau pembuatan
jembatan layang untuk menghindari banjir tahunan tersebut.
![]() |
Kondisi di jalan raya |
Aku yang bosan
menunggu di dalam mobil akhirnya memberanikan diri untuk berjalan sekitar 200 m
ke depan melihat kondis banjir. Awalnya air memang semata kaki, makin maju
ke depan airnya semakin dalam, arusnya pun juga semikin deras.
Aku melihat rumah
warga yang terendam banjir, menimbulkan rasa prihatin yang mendalam dengan kondisi
mereka. Mungkin barang-barangnya tidak bisa diselamatkan lagi, karena kondisi
air di dalam rumah setinggi dada orang dewasa.
![]() |
Kondisi rumah dengan air setinggi dada orang dewasa |
Aku terus berjalan
ke depan, tidak peduli air sudah setinggi paha dengan arus yang cukup deras.
Aku ingin memastikan apakah ada kemungkinan air akan surut, sehingga mobil bisa
lewat karena aku harus tiba di Banda Aceh pada tanggal 9 Januari 2017.
Hanya mobil-mobil
ukuran besar yang berani melewati arus tersebut. Sedangkan untuk sepeda motor
diangkut menggunakan sampan.
![]() |
Trasportasi darurat yang dibuat oleh warga |
Aku berfikir untuk
menumpang mobil besar tersebut untuk bisa sampai ke Banda Aceh, karena terakhir
pengumpulan berkas yudisium tanggal 9 Januari, kalau tidak aku tidak bisa
yudisium apalagi wisuda bulan 2. Ya Allah
giimana ini? Akupun cukup galau saat itu.
Aku meminta
pendapat ke sopir mobil terhadap rencanaku itu. Rupanya ketika dihubungi
temannya yang terjebak di ujung sana, Banjir tidak hanya di tempat itu saja,
melainkan ada 3 titik lagi yang harus ditempuh.
Di Gunung Kulumbu
tepatnya di kaki Gunung Tran, Air setinggi dada orang dewasa. Kemudian banjir di Simpang Empat Jram, dan banjir di Tunom. Jadi aku harus melewati 3 titik banjir lagi ke
depan, tanpa ada kepastian apakah selepas dari banjir tersebut aku mendapatkan
tumpangan untuk sampai ke banda Aceh, atau terjebak di dalam banjir.
Sopir tersebut
tidak mau mengambil resiko bagi para penumpangnya. Apalagi aku seorang
perempuan, dan pada saat itu kondisi batre HP ku mati total. Kemana hendak
dihubungi jika aku kenapa-kenapa di perjalanan nantinya.
Ibuku pun tidak
mengizinkanku untuk melanjutkan perjalanan menuju banda Aceh. Akhirnya kami
sepakat untuk pulang kembali ke Aceh Selatan. Begitu juga dengan mobil-mobil
lainya balik arah karena banjir tidak kunjung surut.
Semoga hari ini
Senin, 9 Januari 2017, banjirnya sudah surut, dan aku bisa menuju Banda Aceh
untuk menyelesaikan keperluanku.
16 comments
Write commentsSemogaa keadaan segera membaik seperti semulaa ya mbak. . Aamiin. .Hmmm banjir dmna" mbak ya 😢
ReplySemoga banjirnya cepat reda ya mba, kalau udah banjir susah kemana-mana euy
Replywah banjirnya lumayan parah ya, semoga cepet reda & bisa kembali normal ya..
Replywww.jennitanuwijaya.com
Banjir di Aceh, tepatnya di Kabupaten Nagan Raya. Alhamdulillah, banjirnya sudah surut mbak!
ReplyIya., banjir tu udah jadi bencana langganan di kampungku mbak!
ReplyIya., alhamdulillah sekarang sudah kembali normal mbak!
Replykirain yang rawan banjir itu cuma daerah Jawa aja, ternyata Aceh juga. Ngeri. Tinggi banget genangan airnya mbak.
ReplySemoga dipermudah Allah buat yudisium & wisuda mbak...aamiin. selamat berjuang mengejar gelar Sarjana hehehe
Hmmm, kira-kira kenapa ya bisa banjir seperti itu? Apa karena hujan deras yang turun tanpa berhenti? Apakah karena kondisi sungai yang dangkal? Apa tidak ada daerah resapan air seperti hutan di sekitar sana?
ReplySoalnya aku kira Aceh belum seperti Jakarta yang sama sekali minim daerah resapan air dan sungai yang dikelilingi pemukiman padat.
Syukurlah, kalo memang banjirnya sudah surut.
ReplyIya mbak, banjir tu kayaknya semua tempat ada mbak, mungkin karena sistem drainase negri kita masih buruk kali ya!

ReplyAlhamdulillah berkat doa orangtua, teman2, n juga mbak, aku bisa di yudisium, dan wisuda awal tahun ini, tapi untuk gelar Ners. Sarjana sudah dua tahun lalu mbak
Benar sekali, pada saat itu hujan sampai 1 minggu, parahnya hujan di hulu sungai, jadi meluap ke perkampungan warga. Hutan banyak, tapi sudah berganti dengan lahan sawit di kawasan itu, jadi nggk ada daya resapan oleh tanah.
ReplySurut sih surut, tapi kejadian ini akan terulang lagi ketika musim hujan tiba. Begitulah seterusnya tanpa ada perbaikan.
ReplyDuhh..ya Allah...semoga tidak terjadi apa apa banjirnya mba...hati-hati
ReplyWah cukup dalam juga ya, banjirnya. Rumah2 terlihat tinggal setengah. Mba BTW saya mau folbek blog-nya tapi kok ga nemu ya
ReplyAlhamdulillah nggk ada samapai menelan koraban jiwa, hanya saja banyak barang-barang warga yang terendam banjir, dan nggk bisa lagi digunakan.
ReplyIya mbak, begitulah keadaan banjir di Aceh. Nanti saya cek lagi templatenya ya mbak, soalnya template baru
masih beradaptasi gitu
Reply